Monday, September 9, 2013

Masa Pacaran Bag.1

     Tidak sedikit orang-orang yang baru mengenal saya akan bertanya "kenal dimana dengan suami?", "kok bisa sih dapet suami bule?" dsb dsb.. ketika mereka tahu bahwa suami saya berbeda negara. Mereka umumnya penasaran dan sangat ingin tahu, tapi tidak sedikit pula ketika saya menjawab pertanyaan mereka timbul 1000 macam pertanyaan yang ujung2nya berkesimpulan negatif -__-. Tak jarang saya berbohong karena males dengan anggapan negatif yang mereka buat. Tapi akhirnya saya sadar berbohong tidak akan pernah menyelesaikan komentar2 negatif yang mereka lontarkan. Jadi dalam tulisan yang kedua ini saya akan menceritakan awal perkenalan saya, bagaimana Tuhan turut bekerja dalam hubungan kami dan sampai akhirnya kami memutuskan untuk menikah.

     Awal perkenalan kami dimulai ketika kami sama2 tergabung dalam sebuah christian dating site. Saya masih inget betul ketika itu bulan oktober 2010 kami mulai saling mengirim message di site tersebut, ngga ada perasaan apa2 saat itu yang terjadi adalah mengalir begitu saja :p sampai akhirnya keanggotaan saya hampir habis dalam site tersebut ( saya hanya free trial for 10 days while he was new member paid on that site). Kami pun akhirnya memberikan email kami masing2 & melanjutkan komunikasi by email & chat. Ngga ada tanggal jadian yang tepat karena semuanya mengalir seperti adanya saja, tapi bukan berarti we not do nothing ya karena saya terus bawa dalam doa tentang dia. Saya masih inget suatu kali ketika kita sedang chat saat itu dia sedang ada dirumah orang tuanya, mamanya duduk disamping dia sambil memegang sebuah alkitab dan memberitahu sebuah ayat dan saya bilang saya tahu ayat tersebut Amsal 31:10. 

     Komunikasi kami semakin intens sejak itu dan saya pun mulai dikenalkan dengan keluarganya satu persatu, bukan dalam arti kenal ketemu langsung ya :p karena kan emang jarak kami sangat jauh tapi dylan mulai mengenalkan saya dengan ayahnya (by facebook),ibunya (yang mana saya sudah kenal sebelumnya) dan juga his sister. Saya mulai akrab dengan adik & ibunya sejak akhir desember, ketika itu kami mengalami sebuah masalah tapi adik & ibunya memberi support kepada kami. Mungkin karena sesama wanita mereka sering memberi support kepada saya by email. I still remember when his mom & sister encouraged me by email, they said that they believe they have felt from the beginning that I am the one God had picked out for Dylan, putting us two togethere (Mark 10:9).

     Hal tersebut membuat saya merenungkan apakah arti semuanya yang telah mereka katakan, apakah ini sebuah jawaban dari Tuhan. Saya terus membawa semuanya dalam doa & menyerahkan pada Tuhan. Ngga ada satu hari kami lewati tanpa komunikasi entah itu chat, video call atau sekedar sms. Biasanya kami ngobrol tentang apa saja yang kami lakukan hari itu atau kami akan lakukan apa besok atau sekedar sharing Firman Tuhan dan saling mendoakan. Kami pun suka kirim kartu or a gift. We felt closer each other although we so far away. kalo lagi video call saya suka photoin dia kaya gini nih:
Serius amat mukanya mas :p
                                                          
Add caption

      Sampai akhirnya kami sudah sangat yakin dan mulai mencari cara bagaimana kami bisa bertemu. Saat itu keluarganya menyarankan saya untuk datang kesana krn mereka pikir itu adalah cara tercepat. Tapi saya bilang ke mereka bahwa sulit buat dapetin visa US. Mereka bilang saya bisa menggunakan visa student & mereka mau mensponsori saya buat sekolah disana (sampai sekolahnya pun sudah mereka carikan) & saya bisa tinggal dengan adiknya sementara saya sekolah & mengenal dylan lebih lagi. Saya ngga yakin dengan cara ini, saya terus bergumul dan berdoa apakah cara ini yang bener2 Tuhan mau saya lakukan. Sampai suatu hari saya kenalan dengan seorang cewek yang menikah dengan pria US dan ternyata kita sempet satu gereja di sini. Dia sangat baik, dia cerita bagaimana dia bisa sampai akhinya menikah dengan suaminya. Saya pun cerita tentang rencana dylan & keluarganya, dia menyarankan saya untuk berpikir lagi dua kali karena kehidupan disana sangat berbeda. Dia cerita gimana bebasnya gaya hidup disana dan bertanya apakah saya mampu untuk menjaga diri selama saya sekolah nanti. Saya merasa inilah jawaban dari Tuhan.

  Akhirnya saya putuskan untuk menolak rencana mereka.Saya sempet berdoa sama Tuhan sebelum saya ngomong "kalau memang ini berasal dari Tuhan mereka bisa menerima keputusan saya." Saya pun bilang ke mereka kalau saya ngga bisa ke sana, saya jelaskan semuanya dan merekapun dapat menerima. Kami pun akhirnya memutuskan untuk menikah di indo. Sempet beberapa kali mengalami beberapa kali penundaan tapi akhirnya kami sepakat di bulan mei 2012.

Btw udah sore nih, harus mandi & waktunya buat ngasuh keponakan. dilanjutkan nanti yaaa ;)

Anita



                                                                                                                         

No comments:

Post a Comment